Happiness on Board
Jika ada pilihan follow the flow atau contra the flow mau pilih yang mana?
Waah kalau saya bakal jawab tergantung lingkupnya, normally akan berusaha mengikuti arus saja, tapi jika contra flow itu lebih baik menurut kita ya memantapkan diri saat memilihnya.
Seperti tadi pagi jelang siang saat kami memulai the journey. Paksu dengan semangat mengikuti lajur untuk contra flow, menerobos jalur berlawanan arah di tol. Sedang saya berusaha mengikuti dengan agak deg-degan. Tapi lama-lama berusaha mengikuti juga.
Lalu bagaimana cerita perjalanan kami?
Anak lanang sang pejuang
Alhamdulillah membuka pagi ini dengan kebersamaan saya dan suami, ritual yang kami lakukan setelah sholat subuh yaitu membaca dzikir pagi. Berharap Allah akan meridhoi langkah kami.
Namun menjadi tricky ketika kami mendapati anak sulung kami, Azzam mengatakan jika dirinya tidak sedang baik-baik saja.
"Bun, Yah, Mas kok sakit ya saat menelan?"
Saya dan Ayah berpandangan. Apa yang akan kami ambil kali ini. Meneruskan perjalanan atau menunda. Tapii qadarullah kakak ipar pun juga menelepon mengabarkan jika bapak sakit dan membutuhkan kami.
Subhanallah,
Persiapan hari H tetap kami lakukan, berangkat ga berangkat yang penting semua siap. Saya sendiri sambil mengobservasi Azzam. Dan menyiapkan anak-anak, memberikan mereka sarapan dan meminta mereka banyak istirahat.
Di jam yang menjadi kesepakatan saya dan suami, akhirnya kami memutuskan berangkat hari ini. Terlebih jika melihat kondisi kesehatan Ayah, saya pun tentu tak bisa memaksanya. Keputusan ada di tangan beliau mau lanjut atau terus.
Bismillah,
Salah satu hal yang membuat kami yakin Azzam bisa sembuh di perjalanan (meski ini ga sepenuhnya salah) ialah karena alhamdulillah, Azzam masih bisa makan. Masih ceria main dengan adeknya.
Saya berpikirannya Azzam sedang akan flu. Maka selain makan, saya memberiman air hangat dan menyiapkan buah yang banyak vitamin C. Ya Allah belakangan saya menyesal tidak memeriksa dulu.
"Tapi yang sakit hanya satu sisi, Bun." kata Azzam saat di mobil.
Ya Allah, berarti bisa jadi ada hubungannya dengan kelenjar tonsilnya. Ingat dulu memang ada riwayat karena ini.
Happiness on board
Ya Allah, kenapa saya menamakan demikian? Karena kami adalah sekumpulan hamba-Nya yang memang mencari bahagia.
Pun kami berangkat karena bahagia walaupun memang sempat galau antara berangkat atau ditunda. Dan kami berusaha membingkai bahagia dengan hal-hal kecil yang bisa kami ambil dan lakukan.
Anak-anak tentu saja mengisinya dengan saling bermain tanpa gawai dan makan, baik jajan atau bekal berat.
Saya dan Ayahnya banyak bercerita. Sambil tentu saja dalam hati saya memantau suami juga. Menanyakan kondisi beliau, karena jalanan lumayan ramai sih. Jadi harus lebih hati-hati juga.
Sampai-sampai saya pun menemukan judul ini, happiness on board karena terinspirasi dari tulisan stiker warning "baby on board", yang menandakan ada bayi di dalam mobil, jadi kalau mau mendahului silakan. Mereka yang di dalam mobil mendapatkan bahagia bukan dengan melaju kencang, tapi dengan mengeratkan kebahagiaan berdetak di kendaraan mereka.
Jadi mari kita melaju dengan kebahagiaan kita sendiri.
Posting Komentar untuk "Happiness on Board"