Kangen Jadi Pemustaka Cilik Perpusnas
Semua orang adalah guru, setiap rumah adalah sekolah. (KH. Dewantoro)
Ah, kangen mengajak mereka belajar di luar rumah sambil bermain. Salah satu pilihannya yaitu ke perpustakaan, dan tujuan pertama ialah Perpustakaan Nasional. Ga nyangka pertama kali main bareng anak-anak ke perpustakaan ternyata mereka pada nagih!
Pengalaman asyik ke Perpusnas ala ZiZam begini, nih 😍
1. Bisa lihat Monas dan naik mobil kecil biru goyang-goyang kan, Bun?
Bisa lihat Monas di lantai paling atas |
Itu pertanyaan pertama ketika Zizie dikasih tahu jika kita akan ke Perpusnas yang ada di Jakarta. Sengaja bunda menguji ingatan si gadis kecil pada ibukota.
Dan kemudian berlanjut nanya, berarti dekat kantor ayah dong? Iya dunk saay, hihi.
Itu artinya, kami akan berangkat pagi dengan ayah, dan anak-anak suka sekali kalau ada embel-embel ke kantor ayah.
Apalagi dari kantor ayah, kami bertiga bisa naik bajaj ke Perpusnas yang beralamatkan Jalan Medan Merdeka Selatan nomor 11.
Perjalanan dengan delman motor yang disebut Zizie sebagai kendaraan biru mungil itu kayak naik kuda katanya, alias bergetar-getar. 🙈
2. Anak-anak bisa bikin kartu perpustakaan
Nah, kalau ini, Azzam yang suka. Batas minimal bikin kartu perpustakaan ialah kelas 1 SD, bisa menggunakan KK (Kartu Keluarga) atau KIA (Kartu Identitas Anak).
Tinggal nunggu nomor antrean dipanggil, lalu jepret! Kayak kalau kita foto SIM (Surat Izin Mengemudi), sekali duduk, dibidik kamera, lalu kartu jadi deh! Dan semua gratissss dari masuk ke Perpusnas hingga semua fasilitasnya, kecuali makan di kantin dan cafe bayar lho, ya. 😄
Bikinnya di lantai dua ya kalau mau bikin kartu perpustakaan. Masa berlaku kartu seumur hidup, kalau buat bunda sih, oke yaa, tapi kalau buat Azzam kayaknya nanti mesti bikin kartu lagi kalau udah dewasa, le biar fotonya bukan wajah pas masih anak-anak, hihi.
Keuntungan punya kartu anggota ini hampir sama ya dengan umumnya kegunaan di perpustakaan lainnya, yaitu bisa pinjam buku, menikmati koleksi audiovisual, buat tiket jelajah tempat buku terbesar di Indonesia ini deh dan setelah dari lantai 2 ini, anak-anak minta ke ruang multimedia, dong.
Ini nih, peta Perpusnasnya. Siapa yang bisa menemukan lantai satu di baris mana?
Yuk, kita naik ke lantai berikutnya dengan naik lift. Budayakan antre juga ya, karena lumayan banyak juga yang diangkut oleh lift. Uniknya di dalam lift itu terdapat gambar dengan penjelasan, misal batik, adalah warisan budaya Indonesia dan seterusnya.
Oh iya, di lantai satu setelah meja informasi, sebelahnya rak buku raksasa, kita akan diarahkan ke ruang loker penyimpanan dan bisa jika kita minta tas ramah perpusnya. Bawaan seperti laptop, ponsel, kamera digital, dan minuman (di tempat minum pribadi) saja yang boleh kita bawa. Kecuali makanan anak-anak bisa kita bawa juga. Tenang, ada kantin dan cafe yang bisa jadi teman perut.
3. Lantai delapan itu kesukaan anak-anakku banget!
Nah, yang bikin anak-anak senang di lantai ini ialah melimpahnya koleksi audiovisual khususnya, selain tetap ada koleksi buku anak. Kita bisa memilih keping VCD yang cocok, dan menyerahkan kartu perpus pada petugas, lalu kita akan mendapat earphone serta bebas memilih meja komputer untuk memutar koleksi pilihan kita. Nantinya kartu kita akan disimpan sampai koleksi tersebut kembali.
Ruangan multimedia ini termasuk ramai, ketika selesai menonton VCD dan ingin menonton lagi, Azzam dan temannya saat itu mesti antre meja. Lalu oleh petugas yang kebetulan emak-emak juga, kami ditawari oleh beliau untuk melihat film di teater mini di lantai tersebut. Wah, senang sekali mereka bisa melihat bioskop mini ala Perpusnas. 😄
4. Ada semacam playground anak juga, lho!
Sebenarnya ada satu lantai yang berisi tempat koleksi buku anak, dan ada permainannya juga. Tapi ke sini cuma mampir saja, Azzam dan Zizie kurang begitu suka. Buat main anak kecil katanya 😄.
Memang sepertinya lebih diperuntukkan anak-anak usia lebih dini, seperti area taman kanak-kanak gitu.
Dan sayangnya, lupa motret 🙈. Ubek-ubek galeri juga tidak ada.
5. Banyak sudut cantik yang patut diabadikan
Ini nih yang dicari bunda, selain bisa menemani main sambil belajarnya anak-anak, juga tetap bisa memotret, dan menemukan banyak inspirasi menulis 😍 (inspirasi yes, eksekusinya ga sesuai ekspektasi 🙈).
Foto sendiri di Instagram Viana |
Di atas adalah ruang pertama dari gedung depan. Vintage gitu ya. Nah, banyak sekali koleksi surat, arsip, foto, karya bahkan miniatur Perpusnas juga di sini. Ada bilik-bilik yang berkisah tentantg sejarah Perpustakaan, memasuki bilik-biliknya, kita seolah mendengar dinding-dinding yang berkisah.
Gedung utama Perpusnas |
Azzam dan teman kecilnya memotret lemari buku terbesar |
Dan ini dia kafenya, menunya ala-ala jajanan di tempat ngopi cantik gitu lah ya.
Baca juga: Dimensi pena viana
Tapiiii ... priiitttt, sayangnya itu kenangan lebih dari setahun lalu ke taman baca terbesar di Indonesia.😥
Perpusnas di saat pandemi
Berdasarkan informasi yang ada dari akun sosial media Perpusnas, ada beberapa hal yang menjadi penyesuaian sejak kehidupan baru, pastinya tetap menjaga prokes (protokol kesehatan) dan ada pembatasan kuota.
Instagram Perpusnas |
Hanya saja, selama pandemi ini belum mengajak anak-anak main ke sana lagi, meski mereka sudah sering nanya kapan ke pusat rumah buku Indonesia dan bisa tetap ke sana dengan aman. Meskipun ada prokes, tapi kok bunda masih merasa lebih aman kita jadi pemustaka di rumah sendiri dulu ya, Nak.
Semoga pandemi ini lekas berakhir ya, dan bisa main sambil belajar lagi dengan aman dan lebih nyaman di Perpustakaan Nasional.
13 komentar untuk "Kangen Jadi Pemustaka Cilik Perpusnas"
Dulu mereka blm bisa baca jd masih agak setengah hati ngajaknya..
Skrg jd makin tertarik lagi buat ke sana.. Seru yaa ke sana..